TV Online

Selasa, 01 Maret 2011

Agama- agemaning manungso

Berasal dari Cipta, rasa, dan karsa manusia yang membawa manusia ke dalam tingkat Kesadaran  manusia yang luhur untuk mengenal  kehidupan  sehingga  menuntun manusia itu kedalam keinginannya untuk memahami  dirinya dan kehidupanya. Manusia mulai terdorong untuk belajar tentang hidup, sejatinya hidup dan hidup yang sejati. Manusia mulai mencari sumber-sumber kehidupan.  Ada banyak sekali cara manusia untuk belajar nilai-nilai luhur itu dan nilai-luhur itu terangkum dalam  Kitab suci Agama-agama di dunia. Ada Hindu, Buda, Kristen/katholik, maupun muslim.  Dan setiap manusia memiliki kepercayaanya Sendiri-sendiri.
Agama sebagai jalan hidup. Adalah mempunyai makna bahwa Agama sebagai  Alat untuk mengenal  nilai-nilai luhur yang menjadi landasan umat manusia Untuk mengenal Allah dan mengenal dirinya dan kehidupannya.
Agama sebagai Alat untuk mengenal nilai-nilai luhur yang menjadi landasan hidup Umat manusia  dan sebagai sarana untuk
  • 1.       Mengenal Tuhan/Allah( apa, siapa,bagaimana, dan di mana Tuhan/Allah ) ,
  • 2.       Mengenal kehidupan ( apa,mengapa,bagaimana,untuk apa, di mana dan mau kemana kehidupan kita ).
Agama sebagai ageman (pegangan)  untuk lebih mengenal ,belajar dan melakukan tindakan  moralitas dan prilaku luhur sebagai makluk ciptaan .  “ Manunggaling kawulo Gusti” Menyatunya Hamba dengan Tuan” atau “ Gusti manunggalo kalian kawulo,  kawulo bade manunggal ing Gusti”” Tuhan menyatulah dengan aku dan aku akan menyatu di dalamMu”  dalam pemahaman ini di pahami bahwa manusia di merdekakan dan mengalami kemerdekaan sejati, di sini Agama benar benar di pakai sebagai Agemaning manungso/sebagai jalan hidup apapun Agama itu ,  ini mendorong manusia untuk menjadi  dirinya sendiri, dan manusia yang memiliki kepribadian tinggi. Tapi dewasa ini  tidak banyak orang hidup sebagai dirinya tetapi banyak yang hidup berdasarkan Pikiran ,pemikiran orang lain. “Urip mung melu-melu” wong ngene melu ngene wong ngono melu ngono nek ra podo wedi di arani ora umum wong” hidup hanya  ikut-ikutan orang begini ikut begini, orang begitu ikut begitu klo ngga sama takut di bilang tiduk umum orang”  dan di  dalam sebuah kepercayaan banyak juga manusia merasa bahwa pemahaman dalam sebuah kepercayaanNya adalah paling benar menurut Dia sehinggga menimbulkan konflik yang mengatas namakan golongan/ kepercayaan tertentu. Konflik antar golonganada di mana-mana hanya karena pemahaman manusia yang berbeda-beda. Dan lebih buruk lagi di latar belakangi Politik dan kekuasaan.  Dan hal ini terjadi dari nenek moyang kita sampe sekarang.

Kenyataan hidup ini ternyata masih gelap gulita setiap orang ternyata membutuhkan tongkat dan pelita untuk berjalan dan meraba-raba jalan yang di laluinya dan setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Hidup meraba-raba apa ini? dan apa itu?, seperti apa ini dan seperti apa itu? Itulah di sini pentingnya peranan Agama bagi setiap manusia sebagai tongkat atau sebagai pegangan. Dan pelitanya adalah kekuatan mata batin kita untuk mengartikan dan mengetahui sejauh mana kita mengambil makna dari setiap peristiwa dan setiap kejadian yang terjadi dari pembelajaran kita  di dalam kenyataan kehidup kita. Yang mengarah kedalam “ sangkan paraning dumadi” kedalam hokum sebab akibat.  Sebabe ananing “ono” margo ono sing “ora ono”  sebabnya adanya “ ada”  karena ada yang   “tidak ada” dan sebaliknya. “Tadinya ada menjadi tidak ada dan tadinya tidak ada menjadi ada”  itulah hidup,  yang ada  hanya ada dan tiada. Hanya angka “1” dan angka “0”